Rabu, 21 Desember 2011


Asal Ibu Senang

Khusuk hening dalam tahajjudmu,
tertengadah dan merunduk dalam keihlasan,
menghiasi malammu yang sepi merajuk,
tiada beban yang melingkar di pundakmu,
semua kau luruhkan untukku,
anakmu.
Ibu, walau di matamu,
selamanya aku adalah ranting kecil,
yang kau khawatirkan patah ditiup angin,
dan kau cemaskan akan rapuh dan lemahku,
tapi sesungguhnya aku ingin merindang,
melindungimu dari sedih nestapa.
Andai aku dipanggilNya lebih dulu,
aku ingin selalu datang ke bumi setiap malam,
bergayut di sayap malaikat pembawa rahmat,
yang menjinjing seribu salam indah dari surga,
untukmu,
ketika air matamu menetes di atas sajadah.
Aku ingin berlebihan di hadapanmu,
untuk menutup kekuranganku,
walau harus kupaksakan,
tapi tak apalah,
asal Ibu senang,
karena kesenangamu adalah nyawaku

selamat hari ibu speial untuk ibu ku tersayang

sejauh mana kaki melangkah,,,
lantunan do'a dan harapan selalu terucap dari mu ibu
engkau sosok wanita yang terkuat dan tegar  di dalam hidup qu
tanpa mu akan tidak akan  mungkin dapat berdiri setegak  sekarang ini
ibu kasih sayang mu bagaikan lautan tak bertepi
pengorbanan mu bagitu besar, tak dapat sedik pun ku balas semua itu
maaf anak mu ini ibu, yang masih slalu merepotkan mu
tapi saya berusaha sekuat mungkin menjadi yang terbaik seperti yang engkau inginkan
I LOVE U MOM..



Selasa, 20 Desember 2011

menanti tak jua pasti

bait-bait serentak terdengar,
bersayup laksana nada asmara membara.
Sejenak kegelisahanku terobati dan larut oleh hening yang gagu.
Cahaya lentera yang kelelahan masih memantul,
kesiur angin mengecup tirai,
kuusap kaca jendela yang lembab karena embun,
Langit disaput mendung,
meninggalkan bara yang berbiak tak beraturan..
kemana kini harus kubawa langka
jika jalan didepanku luruh dalam gelap
meninggalkanku dibatas sketsa cinta yang buram,
namun rintik hujan tiada jua turun,
perasaanku bertempur dalam hati,
segugus asa dan harapan kini mengendap dalam palung terdalam.
Hatikupun kian hampa… dia telah jauh pergi,
semburat lembayung hadir didepan mata membias tanpa aturan yang tak juga mampu menentramkan hati,
seolah mencerminkan satu memori kisah yang telah berlalu.
Hatiku merenung… sebuah nuansa alam yang membuat jasadku terpaku,
tergenang dalam bauran sukar untuk dimengerti

LARUTAN – LARUTAN YANG DIPAKAI DALAM PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

I.                   ANTIKOAGULANSI
a.       Edta ( ethylenediaminetetraacetate )
b.      Heparin
c.       Natrium sitrat dalam laarutan 3,8%
d.      Campuran amonium oxalat dan kaliumoxalat :
Campuran kedua garam itu dalam perbandingan 2 : 3 tidak berpengaruh terhadap besar eritrosit ( tetapi berpengaruh terhadap morfologi leukosit). Larutan pokok :
Amoniumoxalat 12g; kaliumoxalat 8g; aquadest ad 1000 ml. Botol atau tabung di isi dengan 0,2 atau 0,5 ml larutan, darah 2 atau 5 ml untuk pemeriksaan hematologi.

II.                PENETAPAN KADAR HEMOGLOBIN
Larutan drabkin :
Natriumkarbonat 1g; kaliumsianida50mg; kaliumferrisianida 200 mg; aquadest ad 1000 ml

III.             MENGHITUNG LEUKOSIT
Larutan TURK :
Lar. Gentianviolet 1% dalam air 1 ml, asam asetat glasial 1 ml; aquadest ad 200 ml. Saring sebelum dipakai

IV.             MENGHITUNG EOSINOFIL
Larutan pengencer eosinofilb :
Larutan eosin 2% 5 ml; aceton 5 ml dan aquadest ad 100 ml. Larutan harus di simpan di lemari ess dan hanya tahan satu minggu, saringlah sebelum dipakai.

V.                MENGHITUNG ERITROSIT
a.       Larutan HAYEM :
     Natriumsulfat  (               kristal ) 5 g; natriumklorida 1 g; merkurchlorida 0,5 g;               aquadest ad 200 ml
b.      Larutan GOWERS :
Natriumsulfat 2,5 g; asam asetat glasial  33,3 ml; aquadest ad 200 ml. Saringlah larutan sebelum memakainya.
VI.             MEMULAS SEDIAAN APUS
a.       Pulasan wrihgt
Tiap 0,1 g serbuk itu di gerus dalam sebuah mortir dengan methilalkohol yang ditambahkan sedikit demi sedikit sampai terpakai 60 ml. Simpan larutan di dalam botol berwarna, kocok isisnya setiap hari. Larutan lewat 10 hari cukup matang untuk dipakai.


Larutan penyanggah
Dengan  pH 6,4 :
Kaliumfosfat primer ( KH2PO4. 0aq) 6,63 g; natriumfosfat sekunder (Na2HPO4.0aq.) 2,56 g, aquadest ad 1000 ml.

b.      Pulasan GIEMSA
Susunan larutannya sbb :
Azur II-eosine 3,0 g; azur II 0,8 g; glycerin 250 ml; methylalkohol250 ml. Sebelum dipakai larutan pokok ini harus di encerkan 20 kali dengan penyanggah pH 6,4 ( atau dengan aquadest pH 6,4) 1 tetes giemsa untuk 1 ml penyanggah. Giema yang di encerkan tidak  tahan lebih lama dari satu hari.
c.       Pulasan peroxida
Menurut SATO dan SEKIYA
-     Larutan kuprisulfat : CuSO4.5Aq  0,5 g; aquadest ad 100 ml
-     Larutan benzidine : Benzidine basah 0,2 g di gerus bersama beberapa tetes air dalam lumppang porselen samapai menjadi halus sekali. Tambahlah kemudoian 200 ml aquadest, mula-mula sedikit demi sedikit. Lartuan ini harus jenuh. Saringlah dan tambahlah 0,25 ml H2O2 3 %. Simpan dalam botol coklat dalam keadaan gelap.; larutan ini tahan sampaii 6 bulan
-     Larutan safranin : safranin 1 g; aquadest 100 ml.
Menurut ELIAS
-     Larutan chloronaftol : larutan 15 mg 4-chloro-l-naftol dalam 2 ml etanol absolut; simpan pada shu 40C. Jika larutan berubah warna menjadi coklat tua, buangklh.
-     Penyanggah Tris : sebanyak 19,2 ml larutan tris-(hidroksimetil) aminometan 0,2 mol/1 campuran dengan 80,8 ml HCl 0,1 mol/1, kemudian ditambahkan air sampai 500 ml. pH larutan ini harus 7,4-7,6.
-     Larutan  H2O2 segar : sejumlah 0,4 ml H2O2 30 % di encerkan menjadi 100 ml.
-     Larutan methylgreen 1 % dalam aquadest
Reagent peroxidasa di buat dengan mencampur 2 ml dari larutan chloronaftol dengan 28 ml penyanggah tris. Campuran ini harus disaring sebelum dipakai, kemudian tambahkan 1 ml H2O2 yang sudah di encerkan.

d.      Pulasan SUDAN BLACK
-     Larutan sudan black : 0,5 sudan black B dicampur dengan 100 ml ethanol absolut. Biarkan larutan ini selama dua hari dengan berkali kali mengocoknya, kemudian di saring.
-     Larutan penyanggah : Phenol 16 g; ethanol absolut 330 ml; Na2HPO4.12aq 0,3 g dan aquadest 100 ml.
-     Larutan kerja : dibuat segar dari 60 ml larutan sudan black dan 40 ml dari larutan penyanggah . saring sebelum memakainya.
e.       Pulasan PAS ( Periodic Acid-Shiff)
Pulasan ini sangat berguna untuk mengenali sel-sel dalam jajaran limfosit yang mengandung glikogen.
-     Larutan asam periodat : HIO4.2aq 1 g; aquadest 100 ml
-     Reagent shiff : fuchsin basic 1 g dimasukkan kedalam 400 ml air mendidih, biarkan mendingin sampai 500C; saring; tambah 1 ml thionylchloride ( SOCl2); simpan  ditempat gelap selama 24 jam ; tambah 2 g carbo adsorbens; kocok; saring. Simpan dalam lemari es dalam botol yang tua warnanya.
-     Larutan pulasan tanding : hematoxylin 2 g; aquadest 100 ml.
f.       Pulasan fosfatasa alkalis, LAP (leukocyte alkaline phosphatase)
-     Larutan perekat  : formalin ( larutan formaldehida 40%) 10 ml, metanol absolut 90 ml. Simpan dalam lemari es ( priger). Sebelum akan memakainya, sejumlah yang diperlukan ditaruh dalam bagian pendingin supaya suhu larutan itu mencapai suhu sekitar 5 0C.
-     Larutan stock propondiol : 2-amino-2-methil-1,3-propondiol 10,5 g, aquadest 500ml. Larutan stock propondiol ini berkadar 0,2 m dan harus disimpan dalam lemari es.
-     Larutan kerja propandiol yang berfungsi sebagai penyanggah : larutan stock propandiol 0,2 m 25 ml; larutan HCl 0,1 n 5 ml dan aquadest sampai 100 ml . pH laruatan ini harus smaa dengan 9,75 dan larutan ini harus disimpan dalam lemari es juga
-     Larutan substrat ber-pH 9,5 – 9, 6 : natrium alfa –naftil fosfat 35 mg; fast blue RR 35 mg; larutan kerja propandiol 35 ml; saring. larutan ini harus dibuat segar, pemakainnya tidak boleh ditunda.
-     Larutan hematoxylin menurut harris. Larutan ini harusnya dibeli dalam keadaan siap pakai karena sukar membuatnya.

VII.          MENGHITUNG RETIKULLOSIT
Untuk pulasan vital itu dapat digunakan brilliancresylblue atau newmethyleneblue dengan susunan sbb :
a.       Brilliancresylblue sebagai larutan 1 % dalam methilalkohol atau sebagai larutan 1 % dalam NaCl 0,85%. Untuk membuat lrutan dalam NaCl ini diperlukan pemanasan sedikit.
b.      Newmethyleneblue 0,5 g; NaCl 0,8 g; K-oksalat 1,4 g; aquadest 100 ml. Larutan ini digunakan seperti larutan Brilliancresylblue dalam air garam.

VIII.       MENGHITUNG TROMBOSIT
a.       Cara langsung ( REESdan ECKER)
Natriumsitrat 3,8 g; larutan formaldehida 40% 2 ml; Brilliancresylblue 30 mg; aquadest ad 100 ml. larutan harus dipakai sebelum dipakai.
b.      Cara tak langsung ( FONIO)
Larutan dameshek dapat dipakai pengganti larutan magnesiiumsulfat 14% dalam cara tak langsung :
Sacharosa 8 g; natriumsitrat 0,04 g; aquadest 100 ml; kemudian ditambah Brilliancresylblue 150 dan 3 tetes larutan formaldehid 10%.

IX.             KETAHANAN OSMOTIK
a.       Pemeriksaan penyaringan
-     Larutan pokok NaCl 1,0%
-     Larutan kerja NaCl 0,85% : di buat dari larutkan pokok 8,5 mml ditambah aquadest 1,5 ml
-     Larutan kerja NaCl 0,5% dibuat dari larutan pokok 5,0 ml ditambahkan aquadest 5,0 ml.

Jumat, 16 Desember 2011

aku dan malam ini


jelang malam butiran rindu bergemuruh
tumpah ruah di pelataran jiwa
angin malam perlahan dingin
menerobos rimbun dedaunan
gurat senja masih membekas
di sudut ruang sunyi yang temaram
sayup kidung hati
terlantun tanpa nada dan irama
lirih gumam hati
tentang rasa yang membiru
disudut kamar
sajak sajak ku tergerai diatas lembaran jiwa
ketika kesunyian makin pekat
oleh jarum jam dinding yang berdetak memecah hening

Kamis, 01 Desember 2011

analisa mikroskopis pada urin


PROSEDUR

  Sampel urin dihomogenkan dulu kemudian dipindahkan ke dalam tabung  pemusing sebanyak 10 ml. Selanjutnya dipusingkan dengan kecepatan relatif rendah (sekitar 1500 - 2000 rpm) selama 5 menit. Tabung dibalik dengan cepat (decanting) untuk membuang supernatant sehingga tersisa endapan kira-kira 0,2-0,5 ml. Endapan diteteskan ke gelas obyek dan ditutup dengan coverglass. Jika hendak dicat dengan dengan pewarna Stenheimer-Malbin, tetesi endapan dengan 1-2 tetes cat tersebut, kemudian dikocok dan dituang ke obyek glass dan ditutup dengan coverglass, siap untuk diperiksa.


Endapan pertama kali diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran rendah menggunakan lensa obyektif 10X, disebut lapang pandang lemah (LPL) atau low power field (LPF) untuk mengidentifikasi benda-benda besar seperti silinder dan kristal. Selanjutnya, pemeriksaan dilakukan dengan kekuatan tinggi menggunakan lensa obyektif 40X, disebut lapang pandang kuat (LPK) atau high power field (HPF) untuk mengidentifikasi sel (eritrosit, lekosit, epitel), ragi, bakteri, Trichomonas, filamen lendir, sel sperma. Jika identifikasi silinder atau kristal belum jelas, pengamatan dengan lapang pandang kuat juga dapat dilakukan.

Karena jumlah elemen yang ditemukan dalam setiap bidang dapat berbeda dari satu bidang ke bidang lainnya, beberapa bidang dirata-rata. Berbagai jenis sel yang biasanya digambarkan sebagai jumlah tiap jenis ditemukan per rata-rata lapang pandang kuat. Jumlah silinder biasanya dilaporkan sebagai jumlah tiap jenis yang ditemukan per lapang pandang lemah.


Cara melaporkan hasil adalah sebagai berikut :





DilaporkanNormal++++++++++
Eritrosit/LPK0-34-88-30lebih dari 30penuh
Leukosit/LPK0-45-2020-50lebih dari 50penuh
Silinder/Kristal/LPL0-11-55-1010-30lebih dari 30
Keterangan :

Khusus untuk kristal Ca-oxallate : + masih dinyatakan normal; ++ dan +++ sudah dinyatakan abnormal.



Eritrosit

Eritrosit dalam air seni dapat berasal dari bagian manapun dari saluran kemih. Secara teoritis, harusnya tidak dapat ditemukan adanya eritrosit, namun dalam urine normal dapat ditemukan 0 – 3 sel/LPK. Hematuria adalah adanya peningkatan jumlah eritrosit dalam urin karena: kerusakan glomerular, tumor yang mengikis saluran kemih, trauma ginjal, batu saluran kemih, infeksi, inflamasi, infark ginjal, nekrosis tubular akut, infeksi saluran kemih atas dan bawah, nefrotoksin, dll.

Hematuria dibedakan menjadi hematuria makroskopik (gross hematuria) dan hematuria mikroskopik. Darah yang dapat terlihat jelas secara visual menunjukkan perdarahan berasal dari saluran kemih bagian bawah, sedangkan hematuria mikroskopik lebih bermakna untuk kerusakan glomerulus.

Dinyatakan hematuria mikroskopik jika dalam urin ditemukan lebih dari 5 eritrosit/LPK. Hematuria mikroskopik sering dijumpai pada nefropati diabetik, hipertensi, dan ginjal polikistik. Hematuria mikroskopik dapat terjadi persisten, berulang atau sementara dan berasal dari sepanjang ginjal-saluran kemih. Hematuria persisten banyak dijumpai pada perdarahan glomerulus ginjal.

Eritrosit dapat terlihat berbentuk normal, membengkak, krenasi, mengecil, shadow atau ghost cells dengan mikroskop cahaya. Spesimen segar dengan berat jenis 1,010-1,020, eritrosit berbentuk cakram normal. Eritrosit tampak bengkak dan hampir tidak berwarna pada urin yang encer, tampak mengkerut (crenated) pada urine yang pekat, dan tampak mengecil sekali dalam urine yang alkali. Selain itu, kadang-kadang eritrosit tampak seperti ragi.

Eritrosit dismorfik tampak pada ukuran yang heterogen, hipokromik, terdistorsi dan sering tampak gumpalan-gumpalan kecil tidak beraturan tersebar di membran sel. Eritrosit dismorfik memiliki bentuk aneh akibat terdistorsi saat melalui struktur glomerulus yang abnormal. Adanya eritrosit dismorfik dalam urin menunjukkan penyakit glomerular seperti glomerulonefritis.



Leukosit

Lekosit berbentuk bulat, berinti, granuler, berukuran kira-kira 1,5 – 2 kali eritrosit. Lekosit dalam urine umumnya adalah neutrofil (polymorphonuclear, PMN). Lekosit dapat berasal dari bagian manapun dari saluran kemih.

Lekosit hingga 4 atau 5 per LPK umumnya masih dianggap normal. Peningkatan jumlah lekosit dalam urine (leukosituria atau piuria) umumnya menunjukkan adanya infeksi saluran kemih baik bagian atas atau bawah, sistitis, pielonefritis, atau glomerulonefritis akut. Leukosituria juga dapat dijumpai pada febris, dehidrasi, stress, leukemia tanpa adanya infeksi atau inflamasi, karena kecepatan ekskresi leukosit meningkat yang mungkin disebabkan karena adanya perubahan permeabilitas membran glomerulus atau perubahan motilitas leukosit. Pada kondisi berat jenis urin rendah, leukosit dapat ditemukan dalam bentuk sel Glitter merupakan lekosit PMN yang menunjukkan gerakan Brown butiran dalam sitoplasma. Pada suasana pH alkali leukosit cenderung berkelompok.

Lekosit dalam urine juga dapat merupakan suatu kontaminan dari saluran urogenital, misalnya dari vagina dan infeksi serviks, atau meatus uretra eksterna pada laki-laki.

Sel Epitel Tubulus
  • Sel epitel tubulus ginjal berbentuk bulat atau oval, lebih besar dari leukosit, mengandung inti bulat atau oval besar, bergranula dan biasanya terbawa ke urin dalam jumlah kecil. Namun, pada sindrom nefrotik dan dalam kondisi yang mengarah ke degenerasi saluran kemih, jumlahnya bisa meningkat. Jumlah sel tubulus ≥ 13 / LPK atau penemuan fragmen sel tubulus dapat menunjukkan adanya penyakit ginjal yang aktif atau luka pada tubulus, seperti pada nefritis, nekrosis tubuler akut, infeksi virus pada ginjal, penolakan transplnatasi ginjal, keracunan salisilat.
  • Sel epitel tubulus dapat terisi oleh banyak tetesan lemak yang berada dalam lumen tubulus (lipoprotein yang menembus glomerulus), sel-sel seperti ini disebutoval fat bodies / renal tubular fat / renal tubular fat bodiesOval fat bodiesOval fat bodies dapat dijumpai pada sindrom nefrotik, diabetes mellitus lanjut, kerusakan sel epitel tubulus yang berat karena keracunan etilen glikol, air raksa. Selain sel epitel tubulus, oval fat bodies juga dapat berupa makrofag atau hisiosit. Sel epitel tubulus yang membesar dengan multinukleus (multinucleated giant cells) dapat dijumpai pada infeksi virus. Jenis virus yang dapat menginfeksi saluran kemih adalah Cytomegalovirus (CMV) atau Herpes simplex virus (HSV) tipe 1 maupun tipe 2.menunjukkan adanya disfungsi disfungsi glomerulus dengan kebocoran plasma ke dalam urin dan kematian sel epitel tubulus.

  • sel squomus
    Epitel skuamosa umumnya dalam jumlah yang lebih rendah dan berasal dari permukaan kulit atau dari luar uretra. Signifikansi utama mereka adalah sebagai indikator kontaminasi.



Silinder

Silinder (cast) adalah massa protein berbentuk silindris yang terbentuk di tubulus ginjal dan dibilas masuk ke dalam urine. Silinder terbentuk hanya dalam tubulus distal yang rumit atau saluran pengumpul (nefron distal). Tubulus proksimal dan lengkung Henle bukan lokasi untuk pembentukan silinder. Silinder dibagi-bagi berdasarkan gambaran morfologik dan komposisinya. Faktor-faktor yang mendukung pembentukan silinder adalah laju aliran yang rendah, konsentrasi garam tinggi, volume urine yang rendah, dan pH rendah (asam) yang menyebabkan denaturasi dan precipitasi protein, terutama mukoprotein Tamm-Horsfall. Mukoprotein Tamm-Horsfall adalah matriks protein yang lengket yang terdiri dari glikoprotein yang dihasilkan oleh sel epitel ginjal. Semua benda berupa partikel atau sel yang terdapat dalam tubulus yang abnormal mudah melekat pada matriks protein yang lengket.

Konstituen selular yang umumnya melekat pada silinder adalah eritrosit, leukosit, dan sel epitel tubulus, baik dalam keadaan utuh atau dalam berbagai tahapan disintegrasi. Apabila silinder mengandung sel atau bahan lain yang cukup banyak, silinder tersebut dilaporkan berdasarkan konstituennya. Apabila konstituen selular mengalami disintegrasi menjadi partikel granuler atau debris, biasanya silinder hanya disebut sebagai silinder granular.


1. Silinder hialin

Silinder hialin atau silinder protein terutama terdiri dari mucoprotein (protein Tamm-Horsfall) yang dikeluarkan oleh sel-sel tubulus. Silinder ini homogen (tanpa struktur), tekstur halus, jernih, sisi-sisinya parallel, dan ujung-ujungnya membulat. Sekresi protein Tamm-Horsfall membentuk sebuah silinder hialin di saluran pengumpul.

Silinder hialin tidak selalu menunjukkan penyakit klinis. Silinder hialin dapat dilihat bahkan pada pasien yang sehat. Sedimen urin normal mungkin berisi 0 – 1 silinder hialin per LPL. Jumlah yang lebih besar dapat dikaitkan dengan proteinuria ginjal (misalnya, penyakit glomerular) atau ekstra-ginjal (misalnya, overflow proteinuria seperti dalam myeloma).
Silinder protein dengan panjang, ekor tipis terbentuk di persimpangan lengkung Henle's dan tubulus distal yang rumit disebut silindroid (cylindroids).


2. Silinder Eritrosit

Silinder eritrosit bersifat granuler dan mengandung hemoglobin dari kerusakan eritrosit. Adanya silinder eritrosit disertai hematuria mikroskopik memperkuat diagnosis untuk kelainan glomerulus. Cedera glomerulus yang parah dengan kebocoran eritrosit atau kerusakan tubular yang parah menyebabkan sel-sel eritrosit melekat pada matriks protein (mukoprotein Tamm-Horsfall) dan membentuk silinder eritrosit.


3. Silinder Leukosit

Silinder lekosit atau silinder nanah, terjadi ketika leukosit masuk dalam matriks Silinder. Kehadiran mereka menunjukkan peradangan pada ginjal, karena silinder tersebut tidak akan terbentuk kecuali dalam ginjal. Silinder lekosit paling khas untuk pielonefritis akut, tetapi juga dapat ditemukan pada penyakit glomerulus (glomerulonefritis). Glitter sel (fagositik neutrofil) biasanya akan menyertai silinder lekosit. Penemuan silinder leukosit yang bercampur dengan bakteri mempunyai arti penting untuk pielonefritis, mengingat pielonefritis dapat berjalan tanpa keluhan meskipun telah merusak jaringan ginjal secara progresif.


4. Silinder Granular

Silinder granular adalah silinder selular yang mengalami degenerasi. Disintegrasi sel selama transit melalui sistem saluran kemih menghasilkan perubahan membran sel, fragmentasi inti, dan granulasi sitoplasma. Hasil disintegrasi awalnya granular kasar, kemudian menjadi butiran halus.



5. Silinder Lilin (Waxy Cast)

Silinder lilin adalah silinder tua hasil silinder granular yang mengalami perubahan degeneratif lebih lanjut. Ketika silinder selular tetap berada di nefron untuk beberapa waktu sebelum mereka dikeluarkan ke kandung kemih, sel-sel dapat berubah menjadi silinder granular kasar, kemudian menjadi sebuah silinder granular halus, dan akhirnya, menjadi silinder yang licin seperti lilin (waxy). Silinder lilin umumnya terkait dengan penyakit ginjal berat dan amiloidosis ginjal. Kemunculan mereka menunjukkan keparahan penyakit dan dilasi nefron dan karena itu terlihat pada tahap akhir penyakit ginjal kronis.

Yang disebut telescoped urinary sediment adalah salah satu di mana eritrosit, leukosit, oval fat bodies, dan segala jenis silinder yang ditemukan kurang lebih sama-sama berlimpah. Kondisi yang dapat menyebabkan telescoped urinary sediment adalah: 1) lupus nefritis 2) hipertensi ganas 3) diabetes glomerulosclerosis, dan 4) glomerulonefritis progresif cepat.

Pada tahap akhir penyakit ginjal dari setiap penyebab, sedimen saluran kemih sering menjadi sangat kurang karena nefron yang masih tersisa menghasilkan urin encer.


Bakteri

Bakteri yang umum dalam spesimen urin karena banyaknya mikroba flora normal vagina atau meatus uretra eksternal dan karena kemampuan mereka untuk cepat berkembang biak di urine pada suhu kamar. Bakteri juga dapat disebabkan oleh kontaminan dalam wadah pengumpul, kontaminasi tinja, dalam urine yang dibiarkan lama (basi), atau memang dari infeksi di saluran kemih. Oleh karena itu pengumpulan urine harus dilakukan dengan benar (lihat pengumpulan specimen urine)

Diagnosis bakteriuria dalam kasus yang dicurigai infeksi saluran kemih memerlukan tes biakan kuman (kultur). Hitung koloni juga dapat dilakukan untuk melihat apakah jumlah bakteri yang hadir signifikan. Umumnya, lebih dari 100.000 / ml dari satu organisme mencerminkan bakteriuria signifikan. Beberapa organisme mencerminkan kontaminasi. Namun demikian, keberadaan setiap organisme dalam spesimen kateterisasi atau suprapubik harus dianggap signifikan.


Ragi

Sel-sel ragi bisa merupakan kontaminan atau infeksi jamur sejati. Mereka sering sulit dibedakan dari sel darah merah dan kristal amorf, membedakannya adalah bahwa ragi memiliki kecenderungan bertunas. Paling sering adalah Candida, yang dapat menginvasi kandung kemih, uretra, atau vagina.



Trichomonas vaginalis

Trichomonas vaginalis adalah parasit menular seksual yang dapat berasal dari urogenital laki-laki dan perempuan. Ukuran organisme ini bervariasi antara 1-2 kali diameter leukosit. Organisme ini mudah diidentifikasi dengan cepat dengan melihat adanya flagella dan pergerakannya yang tidak menentu.



Kristal

Kristal yang sering dijumpai adalah kristal calcium oxallate, triple phosphate, asam urat. Penemuan kristal-kristal tersebut tidak mempunyai arti klinik yang penting. Namun, dalam jumlah berlebih dan adanya predisposisi antara lain infeksi, memungkinkan timbulnya penyakit "kencing batu", yaitu terbentuknya batu ginjal-saluran kemih (lithiasis) di sepanjang ginjal – saluran kemih, menimbulkan jejas, dan dapat menyebabkan fragmen sel epitel terkelupas. Pembentukan batu dapat disertai kristaluria, dan penemuan kristaluria tidak harus disertai pembentukan batu.


1. Kalsium Oksalat

Kristal ini umum dijumpai pada spesimen urine bahkan pada pasien yang sehat. Mereka dapat terjadi pada urin dari setiap pH, terutama pada pH yang asam. Kristal bervariasi dalam ukuran dari cukup besar untuk sangat kecil. Kristal ca-oxallate bervariasi dalam ukuran, tak berwarna, dan bebentuk amplop atau halter. Kristal dapat muncul dalam specimen urine setelah konsumsi makanan tertentu (mis. asparagus, kubis, dll) dan keracunan ethylene glycol. Adanya 1 – 5 ( + ) kristal Ca-oxallate per LPL masih dinyatakan normal, tetapi jika dijumpai lebih dari 5 ( ++ atau +++ ) sudah dinyatakan abnormal.

2. Triple Fosfat

Seperti halnya Ca-oxallate, triple fosfat juga dapat dijumpai bahkan pada orang yang sehat. Kristal terlihat berbentuk prisma empat persegi panjang seperti tutup peti mati (kadang-kadang juga bentuk daun atau bintang), tak berwarna dan larut dalam asam cuka encer. Meskipun mereka dapat ditemukan dalam setiap pH, pembentukan mereka lebih disukai di pH netral ke basa. Kristal dapat muncul di urin setelah konsumsi makan tertentu (buah-buahan). Infeksi saluran kemih dengan bakteri penghasil urease (mis. Proteus vulgaris) dapat mendukung pembentukan kristal (dan urolithiasis) dengan meningkatkan pH urin dan meningkatkan amonia bebas.

3. Asam Urat

Kristal asam urat tampak berwarna kuning ke coklat, berbentuk belah ketupat (kadang-kadang berbentuk jarum atau mawar). Dengan pengecualian langka, penemuan kristal asam urat dalam urin sedikit memberikan nilai klinis, tetapi lebih merupakan zat sampah metabolisme normal; jumlahnya tergantung dari jenis makanan, banyaknya makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urin. Meskipun peningkatan 16% pada pasien dengan gout, dan dalam keganasan limfoma atau leukemia, kehadiran mereka biasanya tidak patologis atau meningkatkan konsentrasi asam urat.

4. Sistin (Cystine)

Cystine berbentuk heksagonal dan tipis. Kristal ini muncul dalam urin sebagai akibat dari cacat genetic atau penyakit hati yang parah. Kristal dan batu sistin dapat dijumpai pada cystinuria dan homocystinuria. Terbentuk pada pH asam dan ketika konsentrasinya > 300mg. Sering membingungkan dengan kristal asam urat. Sistin crystalluria atau urolithiasis merupakan indikasi cystinuria, yang merupakan kelainan metabolisme bawaan cacat yang melibatkan reabsorpsi tubulus ginjal tertentu termasuk asam amino sistin.

5. Leusin dan Tirosin

Leusin dan tirosin adalah kristal asam amino dan sering muncul bersama-sama dalam penyakit hati yang parah. Tirosin tampak sebagai jarum yang tersusun sebagai berkas atau mawar dan kuning. Leusin muncul-muncul berminyak bola dengan radial dan konsentris striations. Kristal leucine dipandang sebagai bola kuning dengan radial konsentris. Kristal ini kadang-kadang dapat keliru dengan sel-sel, dengan pusat nukleus yang menyerupai. Kristal dari asam amino leusin dan tirosin sangat jarang terlihat di sedimen urin. Kristal ini dapat diamati pada beberapa penyakit keturunan seperti tyrosinosis dan "penyakit Maple Syrup". Lebih sering kita menemukan kristal ini bersamaan pada pasien dengan penyakit hati berat (sering terminal).

6. Kristal Kolesterol

Kristal kolesterol tampak regular atau irregular , transparan, tampak sebagai pelat tipis empat persegi panjang dengan satu (kadang dua) dari sudut persegi memiliki takik. Penyebab kehadiran kristal kolesterol tidak jelas, tetapi diduga memiliki makna klinis sepertioval fat bodies. Kehadiran kristal kolesterol sangat jarang dan biasanya disertai oleh proteinuria.



7. Kristal lain
Berbagai macam jenis kristal lain yang dapat dijumpai dalam sedimen urin misalnya adalah :

Kristal dalam urin asam :

  • Natirum urat : tak berwarna, bentuk batang ireguler tumpul, berkumpul membentuk roset.
  • Amorf urat : warna kuning atau coklat, terlihat sebagai butiran, berkumpul.

Kristal dalam urin alkali :


  • Amonium urat (atau biurat) : warna kuning-coklat, bentuk bulat tidak teratur, bulat berduri, atau bulat bertanduk.








  • Ca-fosfat : tak berwarna, bentuk batang-batang panjang, berkumpul membentuk rosset.
  • Amorf fosfat : tak berwarna, bentuk butiran-butiran, berkumpul.
  • Ca-karbonat : tak berwarna, bentuk bulat kecil, halter.
Secara umum, tidak ada intepretasi klinis, tetapi jika terdapat dalam jumlah yang banyak, mungkin dapat menimbulkan gangguan.


Banyak obat diekskresikan dalam urin mempunyai potensi untuk membentuk kristal, seperti :

kristal Sulfadiazin dan kristal Sulfonamida