Andrologi adalah cabang ilmu kedokteran yang
mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah reproduksi lelaki.
Bertujuan untuk meneliti segala unsur-unsur sperma (cairan dan sedimen)
Tiap
spermatozoa terdiri atas 3 bagian yaitu ;
1. caput/kepala
yang berbentuk agak gepeng dan mengandung bahan nucleolus
2. ekor
dan bagian yang selindrik menghubungkan kepala dan ekor, dengan
3. getaran
ekornya spermatozoa dapat bergerak cepat.
Dalam pertumbuhan embrional spermatonium
berasal dari sel-sel primitive tubulus testis, setelah janin dilahirkan jumlah
spermatogonium yang ada tidak mengalami perubahan hingga pubertas. Tiap pada
masa pubertas sel-sel spermatogonium tersebut dibawah pengaruh interstitel
calls leyding mulai aktif mengadakan intosis, dan terjadilah spermatogenesis
yang kompleks.
Ciri-ciri
sperma :
1.
berwarna putih keabuan.
2.
Ph sekitar
7.2 – 7.8
3.
cairan yang disertai coagulum, berasal dari
vesicular seminalis, ampula ductus deferense dan tescis.
4.
Volume berjumlah 2 – 6 ml,
5.
berbau khas
Plasma
sperma : seperti halnya cairan biologis lainnya, terdiri dari air, karbohidrat,
protein, lemak, asam organis, gas-gas yang larut dan sebagainya.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Persiapan
dan syarat-syarat yang perlu diperhatikan :
Penderita
diberi petunjuk sejelas mungkin, kalau secara tertulis tentang :
1. Masa Abstinensia seksualitas
Yaitu
jarak antara waktu istrahat tidak melakukan aktifitas seks. Biasanya
abstinonsia yang diperlukan 3 – 5 hari
2. Cara pengeluaran sperma
a. Masturbasi
/ onani / rancap
Yaitu
tindakan menggosok kemaluan laki-laki (penis) berulang-ulang, sampai terjadi
ketegangan, dan klimaksnya akan keluar sperma, (dari segi praktis cara ini
paling baik)
b. Koitus
Interruptus / senggama terputus
Yaitu
tindakan senggama yang tidak diteruskan sampai akhir, tetapi diputus sehingga
sperma tidak masuk ke vagina. Koitus interruptus merupakan cara yang lebih
representatif dari pada masturbasi.
c. Koitus
kondomatus / senggama dengan kondom
Yaitu
pengumpulan semen didalam kondom umumnya tidak dianjurkan oleh karena biasanya
kondom mengandung spermicid, akan tetapi bila terpaksa menggunakan kondom, maka
peelu dibersihkan dulu dengan air hangat tanpa memakai sabun supaya kondom
tersebut bebas dari spermicid, kemudian dikeringkan.
d. Vibrator,
dll
3. Penampung dan membawanya ke laboratorium
Jika
mungkin/memungkinkan masturbasi ini dilakukan dilaboratorium dan langsung
dikeluarkan kedalam tempat penampung. Sperma ditampung dengan hati-hati dan
tidak ada yang tercecer kedalam botol kaca yang bersih dan kering serta bermulut
lebar. Semen segera diperiksa setelah dikeluarkan atau dalam batas 15 – 120
menit sesudah ejakulat. Hasil keputusan simpousium spermatologi tahun
1978,menyatakan bahwa sperma harus
diserahkan paling lambat ½ sampai 1 jam setelah ejakulasi. Waktu penyerahan
contoh semen dilaboratorium harus disertai keterangan mengenai lama
abstinensia, cara pengeluaran dan waktu pengeluaran.
Pada
pemeriksaan semen sebelum memutuskan adanya gangguan fertilitas, pemeriksaan
diulangi sekurang-kurangnya dua kali dengan interval waktu antara 3 – 5 minggu.
Sedangkan bila hasilnya normal maka tidak perlu diulangi.
PEMERIKSAAN
SPERMA
A. Pemeriksaan Makroskopis
1.
Koagulasi dan Likwefeksi
Sperma
normal yang baru saja diejakulasi selalu menunjukkan adanya gumpalan-gumpalan
atau koagulum diantara cairan lender putih yang cair. Sperma ini kemudian
mengalami likwefeksi sempurna dalam waktu 15 – 20 menit.
Dicatat
ada tidaknya koagulum, berapa menit waktu yang dibutuhkan sampai terjadi
likwefeksi sempurna.
Apabila
tidak terdapat koagulum menunjukkan penyumbatan pada kelenjar vesica seminalis
ataupun kelainan pada vesica seminalis. Apabila likwefeksi memanjang atau tidak
sempurna setelah 20 menit, keadaan seperti ini menunjukkan adanya gangguan
fungsi prostat dalam memproduksi seminin.
2.
Warna
Warna
sperma diamati dengan latar belakang yang putih dan dengan penerangan yang
cukup
Normal
berwarna putih kanji, putih keabu-abuan atau kekuning-kuningan.
Abnormal
: apabila seperti susu, kemerahan atau jernih
3.
Bau
Normal : Bau
sperma khas seperti bunga akasia
Abnormal : Berbau tidak khas misalnya : bau obat-obatan,
amis dsb
Bau
sperma yang khas ini disebabkan oleh adanya spermine yang dihasilkan oleh
prostat
4.
Ph Sperma
Diukur
setelah terjadi likwefeksi sempurna, yang ditentukan dengan memakai kertas Ph
atau dengan Ph meter.
Normal
Ph sperma menunjukkan sedikit alkalis yaitu 7.2 - 7.8 cairan prostat mempunyai
Ph yang rendah yaitu kurang dari 7.0
5.
Volume
Diukur
setelah terjadi likwefeksi sempurna
Normal : 2 – 6
ml, kurang dari 1 ml disebut hypospermia
Lebih
dari 6 ml disebut hyperspermia. Apabila dijumpai volume kurang dari 1 ml sering
diragukan tidak sempurnanya ejakulasi atau tidak tertampung seluruhnya. Apabila
volume besar rendah dan jernih biasanya menunjukkan jumlah spermatozoa yang
rendah atau azospermis
6.
Viskositas
Ditentukan
setelah terjadi likwefeksi sempurna
Caranya
:
-
Dengan batang gelas (makin panjag menunjukkan
viskositas semen yang tinggi)
-
Dengan memakai pipet ELLIASON
Waktu
yang dibutuhkan terjadinya tetesan semen dari ujung pipet dicatat dengan
memakai stopwatch.
Normal
berkisar antara 1 – 2 detik untuk tiap 1 tetesan
Viscositas
juga tergantung dari enzyme yang berasal dari prostat
B. Pemeriksaan Mikroskopis
1. Kepadatan Spermatozoa
Kepadatan
spermatozoa ini dapat dipkai untuk menentukan factor pengenceran pada waktu
menghitung jumlah spermatozoa
2. Motilitas Spermatozoa
Pemeriksaan
motilitas spermatozoa hendaknya dilakukan pada suhu kamar sekitar 370C,
dapat merupakan kelanjutan dari pemeriksaan kepadatan spermatozoa.
Disini
dihitung sekitar 200 spermatozoa dalam beberapa lapang pandang, kemudian
dicatat :
a.
Prosentase spermatozoa yang bergerak baik,
yaitu spermatozoa yang nyata memperlihatkan gerakan maju
b.
Prosentase spermatozoa yang bergerak kurang
baik atau ditempat yaitu spermatozoa yang hanya ada gerakan ekor.
c.
Prosentase spermatozoa yang tidak bergerak
sama sekali atau non motil
Nilai normal apabila spermatozoa
bergerak baik lebih atau sama dengan 50%
3. Motilitas sinambung
Motilitas
sinambung atau “successive motility” adalah pengamatan motilitas spermatozoa
dalam interval waktu tertentu untuk mengetahui apakah ada penurunan yang
drastis dari prosentase spermatozoa motil dalam waktu tertentu setelah
ejakulasi
4. Pengecatan supravital
Ada
kemungkinan bahwa spermatozoa tidak bergerak, tetapi tidak mati. Spermatozoa
ini mungkin pula dapat bergerak didalam alat kelamin wanita, maka dari itu
penting kiranya untuk mendefensiasi spermatozoa yang benar-benar mati dengan
spermatozoa yang tidak bergerak.
5. Perhitungan jumlah Spermatozoa
Prinsip : Cairan sperma diencerkan didalam pipet leukosit
dengan larutan pengencer sperrmicide, kemudian dimasukkan kedalam kamar hitung
dan jumlah spermatozoa dihitung dalam volume tertentu
Prosedur : 1. Isaplah cairan sperma yang telah homogen dengan
pipet leukosit sampai tanda 0,5
2. Kemudian
isaplah larutan pengencer (spermicide) sampai tanda II tepat
3. Campurkan
baik-baik, buanglah 3 – 4 tetes cairan yang diujung pipet leukosit tersebut
4. Teteskan
setetes campuran sperma keatas kamar hitung yang telah diisapkan
5. Mulailah
menghitung spermatozoa seperti melakukan penghitungan sel-sel darah dengan
bantuan mikroskop
Dalam keadaan normal jumlah spermatozoa bervariasi antara
60 - 150 juta/ml. Untuk perhitungan jumlah spermatozoa yang lebih teliti dapat
digunakan “Electric Counter”. Untuk menghitung spermatozoa yang sedikit
jumlahnya, yang pada pemeriksaan sepintas hampir tidak nampak adanya
spermatozoa dianjurkan untuk melakukan centrifuge sperma terlebih dahulu dengan
kecepatan 2000 rpm selama 15 menit. Endapan yang tampak diteliti untuk mencari
adanya spermatozoa, paling sedikit dilakukan 2 – 3 kali pemeriksaan dengan cara
tsb diatas sebelum menyimpulakan diagnose Azoospermia.
Jika
jumlah sperma :
l Kurang dari 20 juta/ml
disebut Oligospermia
l 20 – 40 juta/ml disebut
Subfertil
l 40 - 60 juta/ml disebut
Relatif fertil
l Lebih dari 60 juta/ml
disebut Sangat fertile
6.
Morfologi
spermatozoa
Spermatozoa
normal terdiri dari :
a. Kepala
yang berbentuk oval lebih besar dari bagian tubuh yang lain
b. Leher
yang kecil, yang didasanya dihubungkan pada filament axial yang berhubungan
dengan ekor
c. Ekor
yang panjng dan ramping, yang bila melakukan gerakan kebelakang bawah dapat
menghasilkan gerakan aktif
Bila terdapat
kelainan bentuk dan ukuran serta pengecatan ini dianggap abnormal, misalnya : kepala
berbentuk lancip, bundar, kepala raksasa, kepala double, atau kepala ovale
tetapi ekornya terputus-putus dijumpai juga ekornya berlekuk-lekuk membentuk
kumparan, ini tidak mempunyai arti penting. Bentuk abnormal dipelajari paling
baik dengan preparat dan pengecatan
Ø Beberapa
pengertian istilah yang berhubungan dengan analisa sperma :
Hyperspermia : keadaan
dimana volume sperma lebih dari 6 ml/ejakulasi’
Hyposspermia : keadaan
dimana jumlah volume sperma kurang dari 1 ml/ejakulasi
Oligospermia : keadaan
dimana jumlah spermatozoa kurang dari 20 juta/ml
Azospermia : Keadaan
dimana tidak terdapat spermatozoa dalam semen
Neurospermia : keadaan
dimana tidak ada spermatozoa yang hidup dalam sperma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar