BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Istilah yang di pakai untuk menegakan
diagnosis dari infeksi,nematode jaringan pada manusia.preodisitas ialah periode
saat microfilaria ( larva dari nematode jaringan ) Nematoda jaringan perlu
diketahui penting yaitu periodisitas, preodisitas adalah berada dalam darah
tepi
perioditas ini ada beberapa macam yaitu :
1.
Perioditas
nocturna yaitu di saat microfilaria berada dalam darah tepi malam hari
2.
Perioditas
diurnal yaitu saat microfilaria berada dalam darah tepi siang hari
3.
Sub
priodisitas nocturna, yaitu saat microfilaria berda dalam darah tepi malam hari
lebih banyak dari siang hari
4.
Sub-periodisitas
diurnal, yaitu saat microfilaria berada dalam darah tepi siang hari lebih bnyak
dari pada malam hari
5.
Non
–preodik yaitu saat microfilaria berada dalam darah tepi sama siang dan malam
jadi setiap saat microfilaria dapat di temukan dalam darah tepi.
Penyakit yang di sebabkan oleh nematode
jaringan adalah Filariasis,
filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di
wilayah tropika seluruh dunia. Penyebabnya adalah edema, infeksi oleh
sekelompok cacing nematoda parasit yang tergabung dalam superfamilia
filarioidea. Gejala yang umum terlihat adalah terjadinya elefantiasis, berupa
membesarnya tungkai bawah (kaki) dan kantung zakar (skrotum), sehingga penyakit
ini secara awam dikenal sebagai penyakit kaki gajah. Walaupun
demikian, gejala pembesaran ini tidak selalu disebabkan oleh filariasis.
Filariasis biasanya
dikelompokkan menjadi tiga macam, berdasarkan bagian tubuh atau jaringan yang
menjadi tempat bersarangnya: filariasis limfatik, filariasis subkutan (bawah
jaringan kulit), dan filariasis rongga serosa (serous cavity). Filariasis
limfatik disebabkanwuchereria bancrofti, brugia malayi, dan brugia timori Gejala elefantiasis (penebalan kulit dan jaringan-jaringan
di bawahnya) sebenarnya hanya disebabkan oleh filariasis limfatik ini.b.
Timori diketahui jarang
menyerang bagian kelamin, tetapi w.
Bancrofti dapat menyerang
tungkai dada, serta alat kelamin. Filariasis subkutan disebabkan oleh loa loa (cacing mata afrika), mansonella
streptocerca, onchocerca volvulus,
dan dracunculus medinensis (cacing guinea). Mereka menghuni
lapisan lemak yang ada di bawah lapisan kulit. Jenis
filariasis yang terakhir disebabkan oleh mansonella
perstans dan mansonella ozzardi, yang
menghuni rongga perut. Semua parasit ini disebarkan melalui nyamuk atau lalat pengisap darah, atau, untuk dracunculus, oleh kopepoda (crustacea).
1.2 Tujuan
·
untuk mengetahui
nematode jaringan
·
mengatahui penyebab filariasis ( kakai gajah )
pada manusia dan hewan
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Wuchereria bancrofti
Hospes dan nama penyakit
w. bancrofti merupakan
parist manusia yang menyebabkan filariasis bancoftiatau wukeriasis
bancofti,penyakit ini tergolong filariasis limfatik,bersama dengan penyakit
yang disebabakan oleh bulgia malayi
dan burgia timori,W. bancofti tidak terdapat secara alami
pada hewan
Distribusi geografis
Parasit ini tersebar di daerah tropis dan subtropis, ke Utara
sampai ke Spanyol, ke Selatan sampai ke Australia, Afrika,Asia, Jepang, Taiwan,
Philiphina, Indonesia dan Kepulauan Pasifik Selatan
Daur hidup dan morfologi
Morfologi
:
Cacing
dewasa: berbentuk memanjang seperti rambut (hair like), warna transparans, bentuk filariform dengan ujung
meruncing sedikit demi sedikit. Cacing jantan dan betina didapatkan saling
melingkar di dalam habitatnya dan sukar untuk dilepaskan.
Jantan : Ukuran 25-40 X 0,1 mm,
bagian posterior melengkung ke ventral dan mempunyai spiculae
Betina : Ukuran 80-100 X 0,25 mm.
Life span : kurang lebih 5-10 tahun.
Mikrofilaria
:
Setelah
dilahirkan oleh induknya dalam saluran lymphe, mereka akan menemukan jalannya
menuju saluran lymphe utama dan akhirnya berada dalam aliran darah tepi.
Morfologi mikrofilaria dapat diamati dengan baik dengan mengambil darah
penderita, dan dibuat sediaan tetes tebal yang diwarnai dengan Wright/Giemsa.
Pada sediaan yang baik akan terlihat mikrofilaria sebagai suatu bentukan
silinder memanjang. Ciri-ciri khas dari mikrofilariaWuchereria
bancrofti sbb :
Ukuran kurang lebih 290 X 6 mikron
·
Terbungkus
oleh suatu selaput hialin (hyaline sheath), tetapi pada pengecatan dengan
Giemsa
·
sheath
ini jarang nampak dan hanya nampak pada pengecatan yang pekat.
·
Curva
tubuhnya halus dan tak mempunyai lekukan tubuh sekunder (secondary kink
negatif)
·
Tubuhhya
terisi oleh body nuclei yang tersebar merata, nampak seolah-olah teratur.
·
Pada
ujung anterior terdapat bagian yang bebas dari body nuclei, disebut
cephalic space yang
·
ukuran
panjangnya kurang lebih sama dengan lebarnya (Cephalic space ratio 1 : 1).
·
Ujung
posterior tidak mengandung body nuclei (Terminal nuclei negatif)
Siklus hidup :
Wuchereria
bancrofti mempunyai 2 host yaitu :
1. Dalam Tubuh Manusia (Definitif host) :
Cacing
dewasa berada dalam saluran dan kelenjar lymphe, setelah kawin cacing betina
akan melahirkan mikrofilaria (ovo vivipar) sesuai dengan sifat periodisitasnya
mikrofilaria-mikrofilaria tersebut akan berada di darah tepi . Bila kebetulan
ada nyamuk yang sesuai menggigit penderita tersebut, maka mikrofilaria akan
ikut terhisap bersama darah penderita dan masuk ke tubuh nyamuk. Didalam tubuh
manusia mikrofilaria dapat bertahan hidup lama tanpa mengalami perubahan
bentuk.
2. Dalam Tubuh Intermediate host :
Nyamuk
yang berperan sebagai vektor biologis/hospes perantaraan untuk Wuchereria
bancrofti adalah dari genus : Culex, Anopheles,Aedes. Mikrofilaria yang
terhisap masuk pada saat terjadinya gigitan, sesampai di lambung nyamuk akan
melepaskan sheathmya. Dalam waktu 1-2 jam kemudian ia menembus dinding usus
nyamuk menuju ke otot-otot thorax untuk mengadakan metamorfosis. Dalam waktu
kurang lebih 2 hari mikrofilaria akan tumbuh menjadi larva stadium I
(l24-250 mikron X 10-17 mikron) dan 3-7 hari kemudian menjadi
larva stadiumII yang panjangnya (225-330 mikron dan lebar 15-30 mikron)
dan pada hari ke 10-11 pertumbuhan larva dapat dikatakan telah lengkap menjadi
larva stadium III dengan ukuran panjang 1500-2000 mikron dan lebarnya
18-23 mikron), yaitu stadium yang infektif untuk manusia. Larva
tersebut bermigrasi ke kelenjar ludah (proboscis). dan siap untuk ditularkan
bila nyamuk tersebut menggigit manusia lagi.
Cara Infeksi :
·
Melalui
inokulasi (gigitan) nyamuk betina. (Culex, Aedes, Anopheles), di India dan China
: Culex fatigans, di Kepulauan Pasific : Anopheles punctulatus
·
Bentuk
infektif untuk manusia larva stadium III
·
Portal
of entry : kulit
Habitat :
System lymphatic dari
extremitas superior atau inferior, hal ini tergantung dari lokasi
gigitan
Kebanyakan
di regio Inguino-scrotal
Patologi
dan gejala klinis
Pathogenesis
:
Effect
pathogen yang nampak pada Wuchereria dapat disebabkan oleh bentuk dewasa baik
yang hidup maupun yang mati. Bentuk dewasa atau larva yang sedang tumbuh dapat
menyebabkan kelainan berupa reaksi inflamasi dan system lympatic. Sedangkan
bentuk microfilarianya yang hidup didalam darah belum diketahui apakah
menghasilkan product-product yang bersifat pathogen, kecuali pada accult
filariasis.
Hasil metabolisme dari larva
Wuchereria yang sedang tumbuh menjadi dewasa pada individu yang sensitif dapat
menyebabkan reaksi allergi seperti: urticaria, "fugitive
swelling". (pembengkakan, nyeri, pembengkakan pada kulit extremitas) dan
pembengkakan kelenjar lymphe. Gejala ini dapat timbul awal dalam waktu beberapa
bulan (kurang lebih 3 1/2 bulan) setelah penularan. Pemeriksaan darah tepi
untuk mencari mikrofilaria pada stadium ini biasanya negatif (gagal
ditemukan), tetapi pada biopsi kelenjar lymphe setempat mungkin dapat ditemukan
cacingWuchereria bancrofti muda atau dewasa.
Gejala
Klinis :
Karena filariasis bancrofti dapat
berlangsung selama beberapa tahun maka dapat terjadi gambaran klinis yang
berbeda-beda. Reaksi pada manusia terhadap infeksi filaria berbeda dan beraneka
ragam. Akibat infeksi yang disebabkan oleh filaria maka dapat diklasifikasi sbb
:
1. Bentuk dengan peradangan
2. Bentuk dengan penyumbatan dan
3. Bentuk tanpa gejala.
1. Bentuk dengan peradangan (Filariasis dengan
peradangan)
Filariasis dengan peradangan
merupakan fenomen alergi karena kepekaan terhadap bahan-bahan metabolit yang
berasal dari larva yang sedang tumbuh dari cacing betina yang melahirkan
mikrofilaria, atau dari cacing dewasa yang hidup dan yang mati. Dapat juga
terjadi infeksi sekunder yang disebabkan oleh streptococcus atau oleh jamur.
Lymphangitis dari anggota tutuh pembengkakan setempat dan kemerahan lengan dan
tungkai merupakan gejala yang khas dari serangan yang berulang- ulang. Demam
menggigil, sakit kepala, muntah dan kelemahan dapat menyertai serangan tersebut
yang dapat berlangsung beberapa hari-minggu yang terutama
terkena ialah saluran limphe tungkai
dan alat genital; dapat terjadi funiculitis, epididymitis, orchitis. Dapat
terjadi leucocytosis sampai 10.000 dengan Eosinophyl 6-26%.
2. Bentuk penyumbatan (Filariasis dengan
penyumbatan)
Penyumbatan dapat terjadi akibat
perubahan dinding dan proliferasi endothel saluran lymphe karena proses
peradangan (obliterative endolymphangitis) juga karena fibrosis kelenjar lymphe
dan jaringan ikat sekitarnya akibat keradangan yang berulang-ulang atau dapat
juga akibat efek mekanis misalnya penyumbatan oleh cacing dewasa pada lumen
pembuluh lymphe. Penyumbatan pada filariasis terjadinya perlahan-lahan biasanya
setelah terkena infeksi filaria selama bertahun-tahun. Akibat penyumbatan
limfatik tersebut maka dapat terjadi pelebaran lumen dan menurunnya elastisitas
pembuluh lymphe, disebut lymp varix. Dapat juga timbul kebocoran dinding
pembuluh lymphe yang menyebabkan cairan lymphe keluar dari lumen; hidrocele,
chyluria. Hypretrofi jaringan yang terkena proses yang menahun menyebabkan
penebalan jaringan sehingga bisa terjadi Elephanthiasis.
4. Bentuk
tanpa gejala (Filariasis tanpa gejala)
Di daerah endemi, anak-anak mungkin
terkena penyakit sejak umur muda, dan pada umur 6 tahun pada mereka telah dapat
ditemukan mikrofilaria di dalam darah tanpa menimbulkan gejala yang menunjukkan
adanya infeksi ini. Pada pemeriksaan tubuh tampak mikrofilaria dalam jumlah
besar dan adanya eosinofil. Pada waktu cacing dewasa mati mikrofilaria
menghilang tanpa penderita menyadari akan adanya infeksi
Diagnosis
Diagnosa filariasis ditegakkan
berdasarkan atas :
- Anamnese
yang berhubungan dengan nyamuk didaerah endemi
- Dari
gejala klinis seperti tersebut diatas
- Pemeriksaan
laboratorium dengan melakukan pemeriksaan darah yang diambil pada waktu
malam (terutama untuk yang bersifat
xacternal periodicyty). Diagnosa pasti bila kita menemukan parasitnya. Perlu
kiranya diketahui bahwa darah penderita dengan gejala filariasis tidak selalu
ditemukan mikrofilaria. Selain dengan pemeriksaan tersebut dapat juga dilakukan
dengan :
Xeno Diagnosis yaitu Nyamuk yang
steril digigitkan pada orang yang diduga menderita Wuchereriais, kemudian
dilakukan pembedahan atau nyamuk-nyamuk tersebut dilumatkan untuk mencari
mikrofilaria atau larva.
Metode yang lain adalah : Biopsi kelenjar: gambaran yang
khas dari infeksi Wuchereriasis kelenjar sangat membantu.
Serologis : dapat dilakukan dengan tes
kulit (skin test) maupun Complement Fixation Test, dengan menggunakan antigen
yang berasal dari Dirofilaria immitis. Metode ini sangat membantu diagnosa
terutama pada fase- fase permulaan. Ada keadaan-keadaan tertentu dimana
mikrofilaria tidak ditemukan pada pemeriksaan darah tepi penderita, yaitu: -
Selama permulaan fase allergie
- Setelah
serangan limfangitis, karena cacing dewasa telah mati.
- Pada
kasus-kasus Elephanthiasis, karena sumbatan sistim limfatik sehingga
- mikrofilaria
tak dapat mencapai peredaran darah.
- Pada
Occult Filariasis
Pengobatan
dan pencegahan
Obat-obat Filarisida yang dapat
dipakai antara lain :
1. Diethyl Carbamazin (Hetrazan)
o terutama untuk mikrofilarianya
o dosis dan cara pemberiannya masih
bervariasi
o dosis standart yang dipakai adalah 2
mg/ kg berat badan 3 X sehari selama 7-14 hari
o untuk mengurangi efek samping (sakit
kepala,pusing, mausea, demam) pemberian obat dimulai
2. dari dosis rendah, kemudian
ditingkatkan secara bertahap
3. Preparat Arsen ; Mel W, Mel B, untuk
cacing dewasanya.
4. Suramin
5. Corticosteroid ; untuk mengurangi
efek allergie
6. Antibiotika: dapat dipakai pada
limfangitis rekurens yang disebabkan oleh infeksi sekunder.
7. Operasi
Pencegahan
:
Pencegahan Wuchereriasis di daerah
endemis meliputi pemberantasan nyamuk dan mengobati penderita yang merupakan
sumber infeksi. Perlindungan manusia dengan menutup ruangan dengan kawat kasa,
memakai kelambu atau repelent.
Epidemiologi
Filariasis
bancofti dapat di jumpai di perkotaan dari pada di perdesaan di Indonesia
penyakit ini lebih sering di jumpai di perdesaan dan penyebaran bersifat
local,kurang lebih 20 juta penduduk Indonesia bermukim di daerah endemic
filariasis bancofti malayi dan timori dan merka sewaktu-waktu dapat menular,
elompok umur dewsa yang sering menderita terutama meraka yang berpeng hasilan
rendah.
2.2 Brugia malayi dan brugia timori
Hospes
dan nama penyakit
Brugia
malayi dapat
dibagi dalam dua varian : yang hidup pada manusia dan hidup pada manusia dan
hewan,misalnya kucing kera dll. brugia
timori hanya terdapat manusia.penyakit yang disebabkan oleh B.malayi disebut filariasis malayi dan
yang disebabkan oleh B.timori disebut
filariasis timori kedua penyakit tersebut kadang-kadang disebut sebagai filariasis brugia.
Distribusi
geografis
B.
malayi hanya
terdapat di asaia,dari india sampai ke jepang,termasuk Indonesia.
B.
timori hanya
terdapat di Indonesia timur di pulau timor,flores,rote,alor dan beberapa pulau
kecil di nusa tenggara timur.
Daur
hidup dan morfologi
Morfologi :
Cacing dewasa jantan dan betina
hidup di saluran dan pembuluh limfe benteknya halus seperti benag dan berwana
putih susu yang betina berukuran 55 mm x 0,16 mm ( B. malayi ) 21-39 mm ( B.
timori ) dan yang jantan 22-23mm x 0,09 mm
(B.
malay ), 13- 23
mm x 0,08 mm ( B.timori )
Cacing
betina mengeluarkan microfilaria bersarung. Ukuran microfilaria
B.
malayi adalah
200-260 mikron x 8 mikron dan B. timori
280-310 mikron x7 mikron
Daur hidup :
Cacing betina mengeluarkan
microfilaria bersarung, B malayi
mempunyai periodisitas nocturna atau sub-perioditas nocturna. B. timori mempunyai perioditas nocturna.
B.
malayi yang
berprioditas nocturna di tularkan oleh An
Barbirotris yang di peroditas sub-perioditas nocturna ditularkan oleh
nyamuk mansonia B .timori di tularkan
oleh nyamuk An barbirotris. daur hidup kedua parasit ini sangat panjang ,tetapi
lebih pendek dari pada w.bancofti masa
pertumbuhan di dalam nyamuk kurang lebih 10 hari pada manusia kurang lebih 3
bulan .di dalam tubuh nyamuk kedua parasit ini juga mengalami dua kali
pergantian kulit,berkembang dari larva stadium I menjadi larva stadium II dan
III, menyerupai perkembangn parasit W.
bancofti . di dalam tubuh manusia berkembang kedua parasit tersebut juga
sama dengan perkembangan w. bancofti
Patologi
dan gejala klinis
Gejala filariasis malayi dan
timorigejala utamnya adalah demam,linfagitis,dan linfaginitis elephanisiasi
mengenai tungkai di bawah lutut dan lengan di bawah siku,biasanya uni lateral
dan tidak mengenai kelamin dan payudara
Diagnosis
Di tegakan dengan menemukan
microfilaria dalam darah tepi pada malam hari
1. Diagnosis parasitologi : sama dengan
filariasis bankofti, kecuali sampel berasal dari darah saja.
2. Radiodiagnosis umumnya tidak di
lakukan pada filariasis malayi
3. Diagnosis imonologi belum dapat di
lakukan pada filariasis malayi
Pengobatan
dan pencegahan
Pengobatan :
Sampai sekrang DEC masih merupakan
obat utama, dosis yang di pakai di beberapa Negara asia berbeda-beda, di
Indonesia dosis yang di anjurkan adalah 5 mg/ kg berat badan / hari selam 10
hari. Efek samping DEC pada pengobatan filariasis brugia lebih berat,bila di bandingkan dengan
pengobatan bancofti.
Pencegahan :
Pemberatasan nyamuk pada penrindukan
seperti An .Babirostris di daerah
persawahan dan mansonia yang berpendudukan di rawa-rawa. Hewan anjing, kucing,
dan kera yang berperan sebagai hospes reservoir dari B. malayi yang berperioditas nocturna agar di hindari dari infeksi
parasit
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1.
filariasis
adalah penyakit yang di sebabkan oleh cacing filarial yang hidup dalam system
linfe dan di tularkan oleh nyamuk ,bersifat menahun dan menimbulkan cacat
menetap,gejala klinis berupa demama berulang 3-5 hari.
2.
mekanisme
penularan yaitu nyamuk mmengadung larva infektif mengigit manusia maka terjadi
infeksi microfilaria. Tahap selanjutnya di dalam tubuh manusia larva memasuki
system limfedan tumbuh menjadi cacing dewasa, kumpulan cacing filarial dewasa
ini menyebabakan penymbatan pembuluh linfe akibatnya pembekakan kelenjar linfe
,tungkai dan alat kelamin
3.
pencegahan
filariasis dapat di lakukan dengan menghindari gigitan nyamuk dan melakukkan
3M. Pengobatan DEC di kombinasikan dengan Albendazol
3.2 Saran
Diharapak
pemerintah dan masyarakat lebih serius menaganin kasus filariasis karena
penyakit ini dapat membuat penderitanya mengalmai cacat fisisk sehingga kan
menjadi beban keluarga, masyarakat dan Negara. Dengan mengani kaus ini
filariasis inipula, di harapkan Indonesia mampu mewujudkan program Indonesia
sehat
DAFTAR PUSTAKA
Suryan nur, Rosdian safar,nurzila irmawati, “ parasitologi kedokteran I“ Fakultas
kedokteran universitas Andalas, padang 1989.
Purnomo, dkk. Atlas
Helmitologi Kedokteran, cetakan keempat PT.Gramedia, Jakarta ,2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar