Minggu, 05 Februari 2012

nematoda jaringan...


BAB I
   PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Istilah yang di pakai untuk menegakan diagnosis dari infeksi,nematode jaringan pada manusia.preodisitas ialah periode saat microfilaria ( larva dari nematode jaringan ) Nematoda jaringan perlu diketahui penting yaitu periodisitas, preodisitas adalah berada dalam darah tepi
perioditas ini ada beberapa macam yaitu :
1.      Perioditas nocturna yaitu di saat microfilaria berada dalam darah tepi malam hari
2.      Perioditas diurnal yaitu saat microfilaria berada dalam darah tepi siang hari
3.      Sub priodisitas nocturna, yaitu saat microfilaria berda dalam darah tepi malam hari lebih banyak dari siang hari
4.      Sub-periodisitas diurnal, yaitu saat microfilaria berada dalam darah tepi siang hari lebih bnyak dari pada malam hari
5.      Non –preodik yaitu saat microfilaria berada dalam darah tepi sama siang dan malam jadi setiap saat microfilaria dapat di temukan dalam darah tepi.
Penyakit yang di sebabkan oleh nematode jaringan adalah Filariasis,
filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah tropika seluruh dunia. Penyebabnya adalah edema, infeksi oleh sekelompok cacing nematoda parasit yang tergabung dalam superfamilia filarioidea. Gejala yang umum terlihat adalah terjadinya elefantiasis, berupa membesarnya tungkai bawah (kaki) dan kantung zakar (skrotum), sehingga penyakit ini secara awam dikenal sebagai penyakit kaki gajah. Walaupun demikian, gejala pembesaran ini tidak selalu disebabkan oleh filariasis.
Filariasis biasanya dikelompokkan menjadi tiga macam, berdasarkan bagian tubuh atau jaringan yang menjadi tempat bersarangnya: filariasis limfatik, filariasis subkutan (bawah jaringan kulit), dan filariasis rongga serosa (serous cavity). Filariasis limfatik disebabkanwuchereria bancrofti, brugia malayi, dan brugia timori Gejala elefantiasis (penebalan kulit dan jaringan-jaringan di bawahnya) sebenarnya hanya disebabkan oleh filariasis limfatik ini.b. Timori diketahui jarang menyerang bagian kelamin, tetapi w. Bancrofti dapat menyerang tungkai dada, serta alat kelamin. Filariasis subkutan disebabkan oleh loa loa (cacing mata afrika), mansonella streptocerca, onchocerca volvulus, dan dracunculus medinensis (cacing guinea). Mereka menghuni lapisan lemak yang ada di bawah lapisan kulit. Jenis filariasis yang terakhir disebabkan oleh mansonella perstans dan mansonella ozzardi, yang menghuni rongga perut. Semua parasit ini disebarkan melalui nyamuk atau lalat pengisap darah, atau, untuk dracunculus, oleh kopepoda (crustacea).

1.2  Tujuan

·      untuk mengetahui  nematode jaringan
·      mengatahui penyebab filariasis ( kakai gajah ) pada manusia dan hewan


BAB II
     PEMBAHASAN

2.2   Wuchereria bancrofti 
 
*    Hospes dan nama penyakit
w. bancrofti merupakan parist manusia yang menyebabkan filariasis bancoftiatau wukeriasis bancofti,penyakit ini tergolong filariasis limfatik,bersama dengan penyakit yang disebabakan oleh bulgia malayi dan burgia timori,W. bancofti tidak terdapat secara alami pada hewan
*    Distribusi geografis
Parasit ini tersebar di daerah tropis dan subtropis, ke Utara sampai ke Spanyol, ke Selatan sampai ke Australia, Afrika,Asia, Jepang, Taiwan, Philiphina, Indonesia dan Kepulauan Pasifik Selatan
*    Daur hidup dan morfologi

Morfologi :
Cacing dewasa: berbentuk memanjang seperti rambut (hair like), warna    transparans, bentuk filariform dengan ujung meruncing sedikit demi sedikit. Cacing jantan dan betina didapatkan saling melingkar di dalam habitatnya dan sukar untuk dilepaskan.
Jantan : Ukuran 25-40 X 0,1 mm, bagian posterior melengkung ke ventral dan mempunyai spiculae
Betina : Ukuran 80-100 X 0,25 mm.
Life span : kurang lebih 5-10 tahun.

Mikrofilaria :
Setelah dilahirkan oleh induknya dalam saluran lymphe, mereka akan menemukan jalannya menuju saluran lymphe utama dan akhirnya berada dalam aliran darah tepi. Morfologi mikrofilaria dapat diamati dengan baik dengan mengambil darah penderita, dan dibuat sediaan tetes tebal yang diwarnai dengan Wright/Giemsa. Pada sediaan yang baik akan terlihat mikrofilaria sebagai suatu bentukan silinder memanjang. Ciri-ciri khas dari mikrofilariaWuchereria bancrofti sbb :

 Ukuran kurang lebih 290 X 6 mikron
·      Terbungkus oleh suatu selaput hialin (hyaline sheath), tetapi pada pengecatan dengan Giemsa
·      sheath ini jarang nampak dan hanya nampak pada pengecatan yang pekat.
·      Curva tubuhnya halus dan tak mempunyai lekukan tubuh sekunder (secondary kink negatif)
·      Tubuhhya terisi oleh body nuclei yang tersebar merata, nampak seolah-olah teratur.
·      Pada ujung anterior terdapat bagian yang bebas dari body nuclei, disebut cephalic space yang
·      ukuran panjangnya kurang lebih sama dengan lebarnya (Cephalic space ratio 1 : 1).
·      Ujung posterior tidak mengandung body nuclei (Terminal nuclei negatif)
Siklus hidup :

http://2.bp.blogspot.com/-CRxlmvXRpQU/TeHktJaKaNI/AAAAAAAACLw/Y2__p3MTSzw/s320/siklus+hidup+filaria+W.bancrofti.bmp
Siklus hidup W. bancrofti sumber www.dpd.cdc.gov/dpdx



Wuchereria bancrofti mempunyai 2 host yaitu :

1. Dalam Tubuh Manusia (Definitif host) :
Cacing dewasa berada dalam saluran dan kelenjar lymphe, setelah kawin cacing betina akan melahirkan mikrofilaria (ovo vivipar) sesuai dengan sifat periodisitasnya mikrofilaria-mikrofilaria tersebut akan berada di darah tepi . Bila kebetulan ada nyamuk yang sesuai menggigit penderita tersebut, maka mikrofilaria akan ikut terhisap bersama darah penderita dan masuk ke tubuh nyamuk. Didalam tubuh manusia mikrofilaria dapat bertahan hidup lama tanpa mengalami perubahan bentuk.

2. Dalam Tubuh Intermediate host :
            Nyamuk yang berperan sebagai vektor biologis/hospes perantaraan untuk Wuchereria bancrofti adalah dari genus : Culex, Anopheles,Aedes. Mikrofilaria yang terhisap masuk pada saat terjadinya gigitan, sesampai di lambung nyamuk akan melepaskan sheathmya. Dalam waktu 1-2 jam kemudian ia menembus dinding usus nyamuk menuju ke otot-otot thorax untuk mengadakan metamorfosis. Dalam waktu kurang lebih 2 hari mikrofilaria akan tumbuh menjadi larva stadium I (l24-250 mikron X 10-17 mikron) dan 3-7 hari kemudian menjadi larva stadiumII yang panjangnya (225-330 mikron dan lebar 15-30 mikron) dan pada hari ke 10-11 pertumbuhan larva dapat dikatakan telah lengkap menjadi larva stadium III dengan ukuran panjang 1500-2000 mikron dan lebarnya 18-23 mikron), yaitu stadium yang infektif untuk manusia. Larva tersebut bermigrasi ke kelenjar ludah (proboscis). dan siap untuk ditularkan bila nyamuk tersebut menggigit manusia lagi.
Cara Infeksi :
·      Melalui inokulasi (gigitan) nyamuk betina. (Culex, Aedes, Anopheles), di India dan China : Culex fatigans, di Kepulauan Pasific : Anopheles punctulatus
·      Bentuk infektif untuk manusia larva stadium III
·      Portal of entry : kulit
Habitat :
System lymphatic dari extremitas superior atau inferior, hal ini tergantung dari lokasi gigitan
Kebanyakan di regio Inguino-scrotal

*    Patologi dan gejala klinis
Pathogenesis :
Effect pathogen yang nampak pada Wuchereria dapat disebabkan oleh bentuk dewasa baik yang hidup maupun yang mati. Bentuk dewasa atau larva yang sedang tumbuh dapat menyebabkan kelainan berupa reaksi inflamasi dan system lympatic. Sedangkan bentuk microfilarianya yang hidup didalam darah belum diketahui apakah menghasilkan product-product yang bersifat pathogen, kecuali pada accult filariasis.
Hasil metabolisme dari larva Wuchereria yang sedang tumbuh menjadi dewasa pada individu yang sensitif dapat menyebabkan reaksi allergi seperti: urticaria, "fugitive swelling". (pembengkakan, nyeri, pembengkakan pada kulit extremitas) dan pembengkakan kelenjar lymphe. Gejala ini dapat timbul awal dalam waktu beberapa bulan (kurang lebih 3 1/2 bulan) setelah penularan. Pemeriksaan darah tepi untuk mencari mikrofilaria pada stadium ini biasanya negatif (gagal ditemukan), tetapi pada biopsi kelenjar lymphe setempat mungkin dapat ditemukan cacingWuchereria bancrofti muda atau dewasa.
Gejala Klinis :
Karena filariasis bancrofti dapat berlangsung selama beberapa tahun maka dapat terjadi gambaran klinis yang berbeda-beda. Reaksi pada manusia terhadap infeksi filaria berbeda dan beraneka ragam. Akibat infeksi yang disebabkan oleh filaria maka dapat diklasifikasi sbb :
1.      Bentuk dengan peradangan
2.      Bentuk dengan penyumbatan dan
3.      Bentuk tanpa gejala.
1. Bentuk dengan peradangan (Filariasis dengan peradangan)
Filariasis dengan peradangan merupakan fenomen alergi karena kepekaan terhadap bahan-bahan metabolit yang berasal dari larva yang sedang tumbuh dari cacing betina yang melahirkan mikrofilaria, atau dari cacing dewasa yang hidup dan yang mati. Dapat juga terjadi infeksi sekunder yang disebabkan oleh streptococcus atau oleh jamur. Lymphangitis dari anggota tutuh pembengkakan setempat dan kemerahan lengan dan tungkai merupakan gejala yang khas dari serangan yang berulang- ulang. Demam menggigil, sakit kepala, muntah dan kelemahan dapat menyertai serangan tersebut yang dapat berlangsung beberapa hari-minggu yang terutama
terkena ialah saluran limphe tungkai dan alat genital; dapat terjadi funiculitis, epididymitis, orchitis. Dapat terjadi leucocytosis sampai 10.000 dengan Eosinophyl 6-26%.

2. Bentuk penyumbatan (Filariasis dengan penyumbatan)
Penyumbatan dapat terjadi akibat perubahan dinding dan proliferasi endothel saluran lymphe karena proses peradangan (obliterative endolymphangitis) juga karena fibrosis kelenjar lymphe dan jaringan ikat sekitarnya akibat keradangan yang berulang-ulang atau dapat juga akibat efek mekanis misalnya penyumbatan oleh cacing dewasa pada lumen pembuluh lymphe. Penyumbatan pada filariasis terjadinya perlahan-lahan biasanya setelah terkena infeksi filaria selama bertahun-tahun. Akibat penyumbatan limfatik tersebut maka dapat terjadi pelebaran lumen dan menurunnya elastisitas pembuluh lymphe, disebut lymp varix. Dapat juga timbul kebocoran dinding pembuluh lymphe yang menyebabkan cairan lymphe keluar dari lumen; hidrocele, chyluria. Hypretrofi jaringan yang terkena proses yang menahun menyebabkan penebalan jaringan sehingga bisa terjadi Elephanthiasis.

4.      Bentuk tanpa gejala (Filariasis tanpa gejala)

Di daerah endemi, anak-anak mungkin terkena penyakit sejak umur muda, dan pada umur 6 tahun pada mereka telah dapat ditemukan mikrofilaria di dalam darah tanpa menimbulkan gejala yang menunjukkan adanya infeksi ini. Pada pemeriksaan tubuh tampak mikrofilaria dalam jumlah besar dan adanya eosinofil. Pada waktu cacing dewasa mati mikrofilaria menghilang tanpa penderita menyadari akan adanya infeksi

*    Diagnosis
Diagnosa filariasis ditegakkan berdasarkan atas :
  • Anamnese yang berhubungan dengan nyamuk didaerah endemi
  • Dari gejala klinis seperti tersebut diatas
  • Pemeriksaan laboratorium dengan melakukan pemeriksaan darah yang diambil pada waktu
malam (terutama untuk yang bersifat xacternal periodicyty). Diagnosa pasti bila kita menemukan parasitnya. Perlu kiranya diketahui bahwa darah penderita dengan gejala filariasis tidak selalu ditemukan mikrofilaria. Selain dengan pemeriksaan tersebut dapat juga dilakukan dengan :
Xeno Diagnosis yaitu Nyamuk yang steril digigitkan pada orang yang diduga menderita Wuchereriais, kemudian dilakukan pembedahan atau nyamuk-nyamuk tersebut dilumatkan untuk mencari mikrofilaria atau larva.
Metode yang lain adalah : Biopsi kelenjar: gambaran yang khas dari infeksi Wuchereriasis kelenjar sangat membantu.
Serologis : dapat dilakukan dengan tes kulit (skin test) maupun Complement Fixation Test, dengan menggunakan antigen yang berasal dari Dirofilaria immitis. Metode ini sangat membantu diagnosa terutama pada fase- fase permulaan. Ada keadaan-keadaan tertentu dimana mikrofilaria tidak ditemukan pada pemeriksaan darah tepi penderita, yaitu: - Selama permulaan fase allergie
  • Setelah serangan limfangitis, karena cacing dewasa telah mati.
  • Pada kasus-kasus Elephanthiasis, karena sumbatan sistim limfatik sehingga
  • mikrofilaria tak dapat mencapai peredaran darah.
  • Pada Occult Filariasis

*    Pengobatan dan pencegahan
Obat-obat Filarisida yang dapat dipakai antara lain :
1.      Diethyl Carbamazin (Hetrazan)
o    terutama untuk mikrofilarianya
o    dosis dan cara pemberiannya masih bervariasi
o    dosis standart yang dipakai adalah 2 mg/ kg berat badan 3 X sehari selama 7-14 hari
o    untuk mengurangi efek samping (sakit kepala,pusing, mausea, demam) pemberian obat dimulai
2.      dari dosis rendah, kemudian ditingkatkan secara bertahap
3.      Preparat Arsen ; Mel W, Mel B, untuk cacing dewasanya.
4.      Suramin
5.      Corticosteroid ; untuk mengurangi efek allergie
6.      Antibiotika: dapat dipakai pada limfangitis rekurens yang disebabkan oleh infeksi sekunder.
7.      Operasi
Pencegahan :
Pencegahan Wuchereriasis di daerah endemis meliputi pemberantasan nyamuk dan mengobati penderita yang merupakan sumber infeksi. Perlindungan manusia dengan menutup ruangan dengan kawat kasa, memakai kelambu atau repelent.
*    Epidemiologi
Filariasis bancofti dapat di jumpai di perkotaan dari pada di perdesaan di Indonesia penyakit ini lebih sering di jumpai di perdesaan dan penyebaran bersifat local,kurang lebih 20 juta penduduk Indonesia bermukim di daerah endemic filariasis bancofti malayi dan timori dan merka sewaktu-waktu dapat menular, elompok umur dewsa yang sering menderita terutama meraka yang berpeng hasilan rendah.


2.2 Brugia malayi dan brugia timori
*    Hospes dan nama penyakit
Brugia malayi dapat dibagi dalam dua varian : yang hidup pada manusia dan hidup pada manusia dan hewan,misalnya kucing kera dll. brugia timori hanya terdapat manusia.penyakit yang disebabkan oleh B.malayi disebut filariasis malayi dan yang disebabkan oleh B.timori disebut filariasis timori kedua penyakit tersebut kadang-kadang disebut sebagai  filariasis brugia.

*    Distribusi geografis
B. malayi hanya terdapat di asaia,dari india sampai ke jepang,termasuk Indonesia.
B. timori hanya terdapat di Indonesia timur di pulau timor,flores,rote,alor dan beberapa pulau kecil di nusa tenggara timur.
*    Daur hidup dan morfologi
Morfologi  :
Cacing dewasa jantan dan betina hidup di saluran dan pembuluh limfe benteknya halus seperti benag dan berwana putih susu yang betina berukuran 55 mm x 0,16 mm ( B. malayi ) 21-39 mm ( B. timori ) dan yang jantan 22-23mm x 0,09 mm
(B. malay ), 13- 23 mm x 0,08 mm ( B.timori )
            Cacing betina mengeluarkan microfilaria bersarung. Ukuran microfilaria
B. malayi adalah 200-260 mikron x 8 mikron dan B. timori 280-310 mikron x7 mikron
           
Daur hidup :
Cacing betina mengeluarkan microfilaria bersarung, B malayi mempunyai periodisitas nocturna atau sub-perioditas nocturna. B. timori mempunyai perioditas nocturna.
B. malayi yang berprioditas nocturna di tularkan oleh An Barbirotris yang di peroditas sub-perioditas nocturna ditularkan oleh nyamuk mansonia B .timori di tularkan oleh nyamuk  An barbirotris. daur hidup kedua parasit ini sangat panjang ,tetapi lebih pendek dari pada w.bancofti masa pertumbuhan di dalam nyamuk kurang lebih 10 hari pada manusia kurang lebih 3 bulan .di dalam tubuh nyamuk kedua parasit ini juga mengalami dua kali pergantian kulit,berkembang dari larva stadium I menjadi larva stadium II dan III, menyerupai perkembangn parasit W. bancofti . di dalam tubuh manusia berkembang kedua parasit tersebut juga sama dengan perkembangan w. bancofti
                        http://4.bp.blogspot.com/_EQhIFIMIICc/SwXRPel3XPI/AAAAAAAAAMQ/P9y0_Gh3z2A/s1600/FILARIASIS.png
*    Patologi dan gejala klinis
Gejala filariasis malayi dan timorigejala utamnya adalah demam,linfagitis,dan linfaginitis elephanisiasi mengenai tungkai di bawah lutut dan lengan di bawah siku,biasanya uni lateral dan tidak mengenai kelamin dan payudara
*    Diagnosis
Di tegakan dengan menemukan microfilaria dalam darah tepi pada malam hari
1.      Diagnosis parasitologi : sama dengan filariasis bankofti, kecuali sampel berasal dari darah saja.
2.      Radiodiagnosis umumnya tidak di lakukan pada filariasis malayi
3.      Diagnosis imonologi belum dapat di lakukan pada filariasis malayi
*    Pengobatan dan pencegahan
Pengobatan :
Sampai sekrang DEC masih merupakan obat utama, dosis yang di pakai di beberapa Negara asia berbeda-beda, di Indonesia dosis yang di anjurkan adalah 5 mg/ kg berat badan / hari selam 10 hari. Efek samping DEC pada pengobatan filariasis  brugia lebih berat,bila di bandingkan dengan pengobatan bancofti.



Pencegahan :

Pemberatasan nyamuk pada penrindukan seperti An .Babirostris di daerah persawahan dan mansonia yang berpendudukan di rawa-rawa. Hewan anjing, kucing, dan kera yang berperan sebagai hospes reservoir dari B. malayi yang berperioditas nocturna agar di hindari dari infeksi parasit


                                                              BAB III
                                                             PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1.      filariasis adalah penyakit yang di sebabkan oleh cacing filarial yang hidup dalam system linfe dan di tularkan oleh nyamuk ,bersifat menahun dan menimbulkan cacat menetap,gejala klinis berupa demama berulang 3-5 hari. 
2.      mekanisme penularan yaitu nyamuk mmengadung larva infektif mengigit manusia maka terjadi infeksi microfilaria. Tahap selanjutnya di dalam tubuh manusia larva memasuki system limfedan tumbuh menjadi cacing dewasa, kumpulan cacing filarial dewasa ini menyebabakan penymbatan pembuluh linfe akibatnya pembekakan kelenjar linfe ,tungkai dan alat kelamin
3.      pencegahan filariasis dapat di lakukan dengan menghindari gigitan nyamuk dan melakukkan 3M. Pengobatan DEC di kombinasikan dengan Albendazol

3.2  Saran

Diharapak pemerintah dan masyarakat lebih serius menaganin kasus filariasis karena penyakit ini dapat membuat penderitanya mengalmai cacat fisisk sehingga kan menjadi beban keluarga, masyarakat dan Negara. Dengan mengani kaus ini filariasis inipula, di harapkan Indonesia mampu mewujudkan program Indonesia sehat




DAFTAR PUSTAKA


Suryan nur, Rosdian safar,nurzila irmawati, “ parasitologi kedokteran I“ Fakultas kedokteran universitas Andalas, padang 1989.
Purnomo, dkk. Atlas Helmitologi Kedokteran, cetakan keempat PT.Gramedia, Jakarta ,2001

            




Tidak ada komentar:

Posting Komentar